(Konstribusi Pemikiran ICMI se-Indonesia Kota Ternate)
Oleh: Fahrul Abd Muid
Penulis adalah Sekretaris ICMI Kota Ternate-Maluku Utara
Ternate, Alafanews - Adalah beraudiensi antara Organisasi Daerah Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Kota Ternate dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Ternate dan dengan Walikota Ternate . Pertemuan tersebut isinya yakni membahas banyak hal tentang pembangunan Kota Ternate ke depan yang membutuhkan adanya kolaborasi dengan semua pihak, salah satunya adalah dengan berkolaborasi bersama ICMI Kota Ternate yang kemudian akan mendesain sebuah model program kerja yang berhubungan dengan pembangunan sumber daya manusia warga Kota Ternate pada aspek memelihara tradisi Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) yang hukumnya wajib dan menjaga eksistensinya agar wajib dipertahankan oleh masyarakat Islam Kota Ternate yang kemudian disebut dengan istilah “Pangaji”. Maka tradisi Pangaji yang secara bahasa dapat di maknai sebagai tempat belajar membaca kitab suci Al-Qur’an pada aspek hukum-hukum bacaan Al-Qur’an secara baik dan benar atau sering juga di sebutkan dengan Tempat Pengajian Qur’an (TPQ) yang didalamnya ada anak-anak yang mangaji, ada Ustazd dan atau Ustadzah atau Guru Mangaji atau yang bahasa kuluturnya disebut dengan Kalifah.
Tradisi Pangaji yang ada di Kota Ternate sebenarnya sudah berumur ratusan tahun yang kemudian tradisi ini masih bertahan sampai hari ini dan wajib untuk dipelihara dan dihidupkan secara simultan oleh Pemerintah Kota Ternate, karena laqab/istilah Pangaji itu sendiri muncul pertama kali di zaman Sultan Muhammad Djabir Sjah sejak menjadi Sultan Ternate dan sekaligus beliau tampil ke depan sebagai sang pemimpin atau imam untuk gerakan syi’ar dakwah Islamiyyah di Kota Ternate. Tradisi Pangaji ini jangan sampai dimatikan oleh masyarakat Islam Kota Ternate atau Pemerintah Kota Ternate karena sudah terpengaruh oleh budaya baru yang datang dari luar yang justru berdampak akan merusak jati diri generasi muda Islam Kota Ternate. Karena tradisi Pangaji ini adalah identitas religius bagi masyarakat Kota Ternate yang erat hubungannya dengan nilai-nilai adat-istiadat sebagai masyarakat kesultanan Ternate yang isinya adalah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Oleh karena itu, tradisi Pangaji ini membutuhkan Political Will dari Pemerintah Kota Ternate agar dibangun sarana-prasarananya dalam bentuk infrastruktur keagamaan yang kuat untuk menghidupkan kembali tradisi Pangaji ini di setiap Kelurahan, maka kuncinya harus dibangun gedung TPQ secara lengkap yang didalamnya dipasang AC-nya untuk membuat agar anak-anak yang mangaji Al-Qur’an itu merasakan udara dingin dan mereka tidak merasakan kepanasan dalam belajar mangaji Al-Qur’an, dan lebih-lebih akan membuat mereka dengan cepat membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara baik dan benar berdasarkan hukum-hukum bacaan ilmu tajwid al-Qur’an. Dan lebih-lebih lagi Pemerintah Kota Ternate berkewajiban penuh untuk memberikan ‘ujrah/insentif/salary sebesar Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah kepada guru-guru Pangaji di setiap Kelurahan di Kota Ternate untuk dapat mengatasi kebutuhan hidup sehari-harinya sebagai guru mangaji Al-Qur’an secara rasional dengan hitungan 2 jam mangajar mangaji ba’da maghrib setiap harinya di TPQ.
Disamping anak-anak itu diajarkan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) dalam tradisi Pangaji tersebut, pada saat yang sama juga akan didesain konsep pembelajaran agama Islam dengan sebuah metode sederhana yaitu pembelajaran yang menampilkan gambar-gambar islam yang dilengkapi dengan penjelasan singkat atas gambar-gambar itu agar anak-anak yang mangaji Al-Qur’an di TPQ secara cepat dapat menangkap pesan-pesan keislaman yang disampaikan oleh guru mangajinya. Maka diperlukan kolaborasi cepat antara Pemerintah Kota Ternate dengan ICMI se-Indonesia Kota Ternate untuk membuat buku ajar tersebut agar dijadikan pegangan bagi guru-guru mangaji di TPQ pada setiap kelurahan di Kota Ternate. Karena dengan menghidupkan tradisi Pangaji ini pada setiap kelurahan, maka akan menguatkan pemahaman keagamaan anak-anak Islam yang ada dilingkungan kelurahan itu agar semakin bertambah pengetahuan agamanya disamping mereka telah belajar agama secara formal di sekolahnya masing-masing. Dengan tradisi Pangaji ini juga akan menjadikan gerakan yang luar biasa untuk membangkitkan spirit rohaniyyah generasi muda Islam Kota Ternate yang cinta terhadap Al-Qur’an dan memiliki spirit yang kuat untuk mempelajari isi kandungan Al-Qur’an sejak dari masa anak-anak sampai dewasa dan bahkan seumur hidupnya tidak pernah meninggalkan untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajari pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Dalam tradisi Pangaji ini diharapkan agar anak-anak mangaji di TPQ memiliki kualitas yang hampir mendekati kualitas anak-anak Islam yang belajar Al-Qur’an di Pondok Pesantren, maka paling tidak didesain materi pembelajaran dalam tradisi Pangaji ini meliputi, bahwa anak-anak yang mangaji Al-Qur’an di TPQ pada setiap kelurahan di Kota Ternate, mereka akan diberikan materi tentang Mufradat (kosa kata bahasa arab), dan materi yang dinamakan dengan Tafriqul Huruf (kemampuan memisahkan atau menguraikan huruf-huruf bahasa arab) dari sebuah kosa kata bahasa arab yang sempurna dengan tujuan agar anak-anak mangaji di TPQ memiliki kemampuan untuk mengetahui perbedaan bentuk tulisan huruf arab hijaiyyah asli dengan tulisan huruf arab hijaiyyah yang disambungkan. Kemudian materi yang akan diberikan kepada anak-anak yang mangaji Al-Qur’an di TPQ adalah tentang Taushilul huruf (menyambungkan huruf-huruf bahasa arab), dan materi khot/tahsinul khot (tulisan indah bahasa arab) dan juga diberikan materi menghafal do’a-doa’ sehari-hari dengan tujuan agar anak-anak mangaji di TPQ terbiasa sedari awal hidupnya sangat Islami sampai menjadi dewasa dan bahkan dalam usia tuanya tetap istiqamah dengan syari’at Islam.
Adapun metode yang ditawarkan oleh ICMI se-Indonesia Kota Ternate untuk menguatkan tradisi Pangaji ini, yang pertama, dalam tradisi pangaji ini guru mangaji akan mengajarkan Mufradat/kosa kata bahasa arab dengan model senandung atau irama lagu, agar dengan sangat mudah diingat atau dihafal oleh anak-anak mangaji Al-Qur’an di TPQ setelah mereka kembali ke rumahnya masing-masing dan juga anak-anak mangaji Al-Qur’an secara otomatis memiliki perbendaharaan kosa kata bahasa arab yang banyak. Kedua, metode Tafriqul huruf yaitu menguraikan tulisan huruf arab hijaiyyah dengan cara agar guru mangaji harus menuliskan Mufradat/kata/kalimat bahasa arab untuk diuraikan satu persatu huruf arab hijaiyyah yang terdapat dalam kata tersebut, sehingga anak-anak mangaji Al-Qur’an di TPQ memiliki kompetensi yang lebih setelah tamat mangaji Al-Qur’an dan diwisuda, sehingga anak-anak ini memiliki bekal pengetahuan Al-Qur’an yang cukup dan memiliki kemampuan dasar bahasa arab jika akan melanjutkan pendidikannya ke tingkatan MTS/SMP dan MA/SMA/SMK bahkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Ketiga, metode Tauhsilul huruf yaitu kemampuan anak-anak mangaji di TPQ untuk menyambungkan tulisan huruf arab hijaiyyah, maka dibutuhkan kompetensi guru mangaji di TPQ untuk menuliskan Mufradat secara terpisah, lalu kemudian memberikan perintah kepada anak-anak mangaji Al-Qur’an di TPQ untuk menyambungkan tulisan huruf-huruf arab tersebut menjadi sebuah kata bahasa arab secara sempurna. Keempat, metode Tahsinul Khat, sebuah metode untuk melatih menulis Mufradat dengan tulisan indah/baik kata/kalimat bahasa arab bagi anak-anak mangaji di TPQ.
Metode ini bertujuan untuk memperbaiki tulisan arab anak-anak mangaji Al-Qur’andi TPQ, misalnya anak-anak mangaji Al-Qur’an disuruh oleh gurunya agar menulis sebanyak 10 baris kalimat bahasa arab untuk melatih mereka agar terbiasa menulis tulisan arab dengan jayyid/bagus, jika metode ini diterapkan pada anak-anak mangaji Al-Qur’an di TPQ, maka hasilnya adalah terwujudnya anak-anak mangaji di TPQ yang bukan hanya memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an tetapi juga berkemampuan menulis bahas arab dengan tulisan yang jayyid/bagus. Dan yang kelima, guru-guru mangaji Al-Qur’an di TPQ agar mengajarkan bentuk-bentuk do’a kepada anak-anak mangaji dengan tujuan agar terjadi pembiasaan untuk berdo’a atau membaca do’a-do’a yang Mustajab yang wajib diajarkan kepada anak-anak mangaji, sehingga setelah dia dewasa dan terjun ditengah-tengah masyarakatnya dan sewaktu-waktu dia disuruh untuk membaca do’a maka dengan sendirinya dia akan sanggup/bersedia membacanya karena kumpulan do’a-do’a Mustajab yang pernah dipelajarinya dan sampai kapan pun masih terpelihara dalam hafalannya.
Dengan demikian, bahwa untuk memelihara dan menghidupkan kembali tradisi “Pangaji” ini di Kota Ternate, maka lagi-lagi dibutuhkan bentuk ta’awun/kolaborasi antara Pemerintah Kota Ternate dengan ICMI se-Indonesia Kota Ternate dalam bentuk penandatanganan Nota Kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding) agar dapat mewujudkan secara nyata atau menghidupkan kembali tradisi “Pangaji” ini dengan satu kesatuan peran dan tujuan yang sama yaitu lahirnya gerakan bersama untuk pemberantasan buta huruf Al-Qur’an bagi masyarakat Islam Kota Ternate, sehingga dapat tercipta masyarakat Kota Ternate yang memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi berdasarkan peradaban dan kebudayaan Al-Qur’an yang puncaknya adalah tidak ada lagi saya, anda dan kita semua menemukan adanya anak-anak generasi muda Islam Kota Ternate yang tidak memiliki kemampuan membaca kitab suci Al-Qur’an, tetapi semuanya memiliki kemampuan membaca kitab suci Al-Qur’an sebagai bentuk nyata keberhasilan Pemerintah Kota Ternate dalam menghidupkan kembali tradisi “Pangaji” ini dengan jalan berkolaborasi dengan ICMI se-Indonesia Kota Ternate dan masyarakat Islam Kota Ternate. Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu ‘alam Bishshawab.