Debut Mudarris "Baabullah"

Editor: alafanews.com author photo

Oleh: Fahrul Abd Muid

(Penulis adalah Dosen IAIN Ternate & Sekretaris ICMI Ternate-Maluku Utara) 

 

Ada debut (tampilan) sisi yang sangat Unik dan Mustatirun (tersembunyi) yang dimiliki oleh “Baabullah” untuk dijadikan sebagai uswah (teladan) bagi generasi “Baabullah” hari ini, disamping beliau sebagai Malikun (Raja), “Baabullah” juga memainkan peran dan fungsinya sebagai seorang Da’i yang kemudian menyampaikan dakwah Islam yang damai dan toleran di Kawasan Indonesia Timur pada zamannya. Raja “Baabullah” terbilang sukses dalam menyeruh rakyatnya kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah rakyatnya kepada yang mungkar (keburukan) dalam bertindak sebagai Raja dan Guru sekaligus. Approach (pendekatan) yang digunakan dalam berdakwah dengan mengedepankan thariqah (metode), seperti metode Assalaam (damai) dan metode Al-hiwaar (dialog) antara kesultanan Ternate dengan tokoh-tokoh Kristiani dan yang lainnya. Kemudian “Baabullah” dalam menjalankan misinya sebagai seorang Da’i (Guru agama) untuk memberikan proses ta’lim (pengajaran) tentang ajaran Islam kepada rakyatnya sangat efektif dan hasilnya sukses karena keunggulan metode yang digunakan oleh “Baabullah” adalah dengan al-jam’u (memadukan) antara mata pelajaran Fiqih dan mata pelajaran Tasawwuf. Kedua daras al-diin (pelajaran agama) ini sangat disenangi oleh rakyatnya, karena, mata pelajaran Fiqih adalah isinya mengajarkan orang Islam tentang tata cara thaharah (bersuci) yaitu tentang kaifiyyat (tata cara) bagaimana agar seorang muslim/muslimah menghilangkan hadats kecil, ringan dan berat, menghilangkan najis dan kotoran dari tubuhnya yang menyebabkan tidak sahnya ibadah shalatnya.

“Baabullah” mengajarkan bahwa yang namanya orang Islam harus bersuci secara lahiriah dengan membersihkan diri, tempat tinggal dan lingkungannya dari segala bentuk kotoran, hadats dan najis. Kemudian dengan membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai dipastikan benar-benar hilang rasa, bau dan warnanya. Dan, orang Islam harus bersuci secara bathiniah adalah dengan membersihkan jiwa dari kotoran bathin berupa dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabbur dan lain-lain. Cara membersihkannya dengan maqam Taubatunnashuha (taubat yang sebenarnya) yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di hadapan Tuhan-Nya. Raja “Baabullah” menjadi Mudarris (Guru) agama dengan tetap istiqamah untuk mengajarkan agama Islam dilingkungan Kesultanan Ternate yang bercorak pada mata pelajaran Fiqih dan Tasawwuf.

Mata pelajaran Fiqih lebih lanjut juga ternyata mengajarkan kepada orang Islam cara berpikir Kreatif dan memberikan solusi atas berbagai masalah keagamaan secara Syar’i. Sementara, mata pelajaran Tasawwuf mengajarkan untuk senantiasa al-hifzdu (menjaga) tatanan masyarakat yang ideal dan harmoni secara sosial. Dalam tradisi literasi Muslim, approach (pendekatan) dakwah Islam yang digunakan oleh “Baabullah” dapat ditelusuri rujukannya terdapat pada karya-karya Ulama terdahulu. Salah satunya, adalah kitab “Sullam at-Taufiq” yang ditulis pada sekitar abad 16-17 Masehi. Kitab ini adalah “kitab fiqih” yang bercorak sufistik ini telah diberikan syarah oleh dua Ulama Nusantara yaitu Syekh Nawawi Al-Bantani dengan nama kitabnya (Mirqaatu Su'uud at-Tashdiq Fii Syarhi Sullam at-Taufik ilaa Mahabbatillah ‘Alaa at-Tahqiiq) atau yang biasa dikenal di kalangan para santri dengan nama sederhana “Syarah Sullam at-Taufiq”, kitab ini menjelaskan tentang Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf, bahkan kitab ini menjadi bacaan wajib di kalangan Pondok Pesantren yang ada di Indonesia saat ini, dan Kiyai Haji Abdul Hamid Pasuruan dengan nama kitabnya (Nadzam Sullam at-Taufiiq) yang berisi tentang tiga pokok bahasan, yakni, Tauhid, Fiqih, dan Tasawwuf. Kedua Ulama tersebut juga dikenal sebagai tokoh sentral dalam membangun kehidupan keberagamaan yang harmoni di Nusantara ini. Lebih dari itu, keduanya adalah Guru bagi Ulama masa kini yang terus berproses dalam tradisi belajar, mengajar dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya. Guru “Baabullah” dalam mengajarkan Islam kepada rakyatnya dengan menggunakan kedua kitab tersebut, karena isinya sangat lengkap dalam memberikan penjelasan tentang Tauhid, Fiqih, dan Tasawwuf, sehingga “Baabullah” tidak perlu lagi membaca kitab-kitab yang lain sebagai rujukannya didalam mengajarkan agama Islam kepada rakyatnya.

Guru “Baabullah” memiliki perhatian yang serius dalam dunia pendidikan di Kota Ternate, sehingga beliau memberikan massage (pesan) kepada para Tenaga Pendidik hari ini dengan mengutip kalimat yang singkat yaitu, "Fahaadza juz'un lathiifun yassarahu Allahu ta'ala fi-ma yajiibu ta'allumuhu wa ta'liimuhu wal-'amalu bihi lil 'aami wal khaasi”. Artinya, bahwa ini adalah bagian kitab sederhana tapi berbobot. Semoga Allah Swt memudahkan bagi orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan baik untuk kalangan umum dan kalangan kelompok khusus. Jika memperhatikan kutipan salah satu penggalan kalimat pada Muqaddimah Kitab Syarah Sullam at-Taufiiq yang berjudul “Mirqaatu Su'udi at-Tashdiiq” karya Syekh Nawawi Al-Bantani yang menjadi rujukan wajib bagi Raja “Baabullah” sebagai Guru agama Islam pada zamannya dalam mengajarkan mata pelajaran Fiqih dan Tasawwuf kepada rakyatnya. Bahwa pada kalimat tersebut mengandung pesan tentang kewajiban belajar bagi warga Kota Ternate, kewajiban mengajar bagi Guru-Guru di Kota Ternate, dan mereka wajib mengamalkannya. Dalam konteks hari ini, bahwa ketiga Terminologi itu terkait erat dengan dunia pendidikan yang ada di Kota Ternate saat ini, khususnya yang berhubungan dengan tugas bagi para Tenaga Pendidik (Guru SDN, dan SMP), baik yang berstatus Negeri maupun Swasta di Kota Ternate. Bahwa Guru-Guru yang ada di Kota Ternate hari ini tidak mengkin bisa menjadi Guru agama dan umum yang baik dan Profesional, jika ia tidak mempunyai tradisi mengajar yang pro aktif atau meningkatkan kapasitas dirinya. Maka kita jangan berharap banyak untuk terjadinya transformasi dunia pendidikan di Kota Ternate akan mengalami kemajuan yang luar biasa pada aspek mutu yang tinggi untuk ouputnya.

Pesan lain dari kitab yang menjadi rujukan “Baabullah” adalah adanya keharusan bagi para Guru yang ada di Kota Ternate untuk mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum dengan Kreatif dan Inovatif. Karena, para siswa dan/atau siswi yang hidup di masa sekarang ini tentunya berbeda zamannya dari pada masa ketika para tenaga Pendidik pertama kali menjadi Guru. Sekarang sudah banyak dan berkembang dunia teknologi informasi. Bangsa Indonesia menjadi pengguna sepuluh besar bangsa pengguna Medsos di belahan dunia ini. Anak-anak saya, anda dan kita semua yang hidup hari ini bisa jadi fisiknya ada di Kota Ternate, tetapi imajinasinya sedang berada di New York atau belahan dunia lainnya. Di sinilah diperlukan perubahan paradigmatik tentang thariqah atau cara bagi Guru untuk menyampaikan (mengajarkan) mata pelajaran agama dan umum di Madrasah atau Sekolah di Kota Ternate.

Oleh karena itu, bagi Guru-Guru agama dan umum yang ada di Kota Ternate wajib hukumnya agar setiap saat selalu meningkatkan Kapasitas dirinya sebagai tenaga Pendidik yang baik dan Profesional, bagaimana agar setiap Guru agama dan umum dalam menguasai Thariqah atau cara mengajarnya, sehingga tantangan yang dihadapi peserta didiknya hari ini dapat diimbangi dengan baik oleh penguasaan thariqah atau metode dari Gurunya. “Baabullah” telah mengajarkan bahwa kewajiban Guru-Guru agama dan umum di Kota Ternate adalah mengamalkan ilmunya. Bahwa Guru-Guru tersebut tidak semata berada dalam level Kognitif tetapi juga harus menguasai domain Afeksi dan Psikomotorik. Sang Guru yang bernama “Baabullah” telah mengajarkan kepada saya, anda dan kita semua sebagai warga yang berdomisili di Kota Ternate bahwa, seorang tenaga Pendidik dituntut menjadi Uswah Hasanah, Role Model bagi para muridnya di Madrasah atau Sekolah bahkan di tengah masyarakatnya. Maka peran Guru-Guru yang ada di Kota Ternate wabil khusus peran Guru agama adalah memiliki kekuatan kecerdasan (smart power) agar menjadikan peserta didiknya menjadi seorang Muslim/Muslimah yang memahami secara komprehensif agama Islam tentang Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf agar dipadukan, sehingga seorang Guru agama maupun umum harus Upgrading (knowledge), menyampaikan (mengajarkan) konten materinya dengan metode yang efektif, dan memberikan Uswah Hasanah atau teladan yang baik bagi murid-muridnya, sehingga antara qaul (perkataan) seorang Guru dengan fi’liyyah (perbuatannya) harus sama. Bahwa “Baabullah” juga selalu mengajarkan kepada rakyatnya untuk menjaga tampilan syari’at, dan hal itu sangat dianjurkan dalam kehidupan keberagamaannya yang kemudian disusul dengan menempuh jalan thariqat, haqiqah dan ma’rifatullah. Semoga bermanfaat tulisan ini. Wallahu ‘alam bishshawab.

 

 

 

Share:
Komentar

Berita Terkini