Periksa! Adanya Dugaan Manipulasi Data Siswa di SMA 20 Halsel

Editor: alafanews.com author photo

Alafanews.com, Ternate - Penyelengara pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 20 di Kecamtan Bacan Barat, Halmahera Selatan, Maluku Utara, diduga kuat telah melakukan penggelembungan data jumlah siswa untuk memperoleh dana Program Indonesia Pintar (PIP) bahkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) lebih besar dari yang semestinya.

Dugaan praktik manipulasi data ini dijalankan dengan cara menambahkan sejumlah nama siswa sebanyak 27 orang yang sejatinya tidak pernah terdaftar maupun mengikuti kegiatan belajar mengajar. 

Nama-nama itu kemudian masuk ke Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sistem yang menjadi acuan pemerintah dalam menyalurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 

Dengan meningkatnya jumlah siswa di sistem, otomatis dana BOS yang cair ke sekolah ikut bertambah. Namun, alokasi dana tersebut kemudian diduga tidak sepenuhnya digunakan untuk kepentingan pendidikan, melainkan diduga berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. 

Skandal ini menjadi sorotan tajam Praktisi Hukum Marwan A. Sahjat, ia mengatakan bahwa kuat dugaan manipulasi data siswa kendalinya ada di kepala sekolah. Sebab, operator hanya meng-input sesuai arahan. Sehingga tidak mungkin tanpa sepengetahuan Kepsek. 

"Kami menilai bahwa praktik siswa fiktif bukan hanya soal administrasi, tetapi sebuah pengkhianatan terhadap nilai pendidikan. Manipulasi data siswa berarti mengkhianati prinsip kejujuran dalam pendidikan," kata dia kepada wartawan, Selasa (7/10).

Ia menegaskan bahwa praktik ini berpotensi masuk kategori tindak pidana korupsi. Kalau data fiktif dipakai untuk memperbesar pencairan dana BOS, maka ada unsur perbuatan melawan hukum. 

Untuk itu Aparat penegak hukum harus menelusuri ini untuk memastikan ada tidaknya perbuatan yang mengarah ke tindak pidana korupsi. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab anggaran dapat diproses hukum guna mempertangunjawabkan perbuatannya.

Menurutnya, pola manipulasi seperti ini sudah sering menjadi modus di berbagai daerah, namun lemahnya pengawasan membuat kasus-kasus serupa jarang terbongkar. Kepala sekolah harus menempatkan integritas di atas segalanya. Jangan pernah main-main dengan data, apalagi dengan dana pendidikan. 

"Tugas utama pendidik adalah meningkatkan mutu pembelajaran, bukan mencari celah untuk kepentingan pribadi,” tegasnya.

Kepsek SMA 20 Halsel, Ishak Mursid
Sementara Kepala Sekolah SMA 20 Halsel, Ishak Mursid, mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui perihal penggelembungan data jumlah siswa. Ia bahkan menuduh kalau hal itu dilakukan oleh operator sekolah bernama Faris.

"Bukan saya yang ini, itu operator yang rekayasa semua, Faris." katanya.

Ishak mengaku dirinya belum pernah menerima dana PIP maupun BOS dari data jumlah siswa fiktif tersebut. "Belum pernah terima," akunya.


















Share:
Komentar

Berita Terkini